Family, FF, Friendship, Oneshoot, Romance

FF : Mianhae, Oppa!!

Author : JungJeHwan

Tittle : Mianhae, Oppa!!

Genre : Romance, Family, Friendship

Cast :

Choi Siwon a.s Siwon
Choi Jiwon a.s Jiwon
Jung Jina a.s Jina
Lee Sungjin a.s Sungjin
And other cast

Nie ff buat teman ku Farida Aisyah Nggak tahu kenapa aku ingin banget buat ff nie setelah aku ma Farida juga sama Aya and Mutia drama-dramaan yang jelas di sekolah #Kayak orang gila gitu deh. Ide ini murni dari otak kami semua-Farida, Aya, Mutia, and me-yang masih sangat labil. Mianhae agak gaje. Semoga kalian suka. Sorry for typos. NO PLAGIAT AND BASH. PLEASE ๐Ÿ˜€

***

Jiwon POV

Siapa yang tak mengenal oppa ku, Choi Siwon. Dia salah seorang member boyband Super Junior yang sekarang baru melejit. Kenalkan, aku adiknya Choi Jiwon. Yah, appa ku merupakan pemilik Hyundai Department Store yang terkenal seantero Korea. Dan oppa ku merupakan pewaris utama perusahan milik kuluarga Choi ini.

Sekarang aku kuliah di Seoul National University, universitas ternama di Seoul dan juga di Korea. Aku sekarang menempuh pendidikan tentang Designer. Yah, mungkin karena aku suka dengan dunia itu. Aku teman dekat Lee Sungjin-adik Sungmin oppa. Kami memang sudah saling mengenal sejak elemantary school. Bisa dibilang aku dan Sungjin oppa-begitu aku memanggilnya-bersahabat lama.

“Jiwon-ah.” Teriak seorang namja yang tak lain dan tak bukan oppa ku.

“Ne, oppa. Waeyo??” Aku mengerutkan kening ku, “kau sedang free sekarang??” Ujar ku lagi.

“Ne, SM memberi kami libur barang dua hari. Jiwan-ah oppa punya kabar baik.” Kata nya dengan sangat antusias.

“Kabar apa?? Kau sedang ada masalah??”

“Ah, ani, begini, kau kenal Jina kan?? Minggu lalu aku telah melamar nya.” Kata Siwon oppa dengan mata yang berbinar. Benar Siwon oppa dan Jina eonnie-yang merupakan sunbae ku di high school-memang berpacaran. Tapi, entah kenapa sejak awal dia mengenalkan Jina eonnie kepada keluarga kami, aku tak merestui hubungan itu.

Seingat ku, saat aku berada di high school, yoeja itu merupakan yoeja populer, karena yah, kau tahu nilainya selalu tuntas. Dan lagi, aku mengingatnya sekarag, kenapa aku bisa membeci yoeja itu. Sempat sekali aku menduduki posisi pertama dan yoeja itu menduduki posisi dua. Walaupun berbeda tingkat, nilai ku dan dia terpaut sangat jauh. Dan yoeja itu, dengan sekenaknya menyebut ku melakukan kecurangan. Cih~~ yang benar saja, aku berusaha dengan keras waktu itu. Dan mulai saat itu aku membeci yoeja.

“MWO?? Kau melamarnya?? Di mana??” Serentetan kalimat yang ada di benak ku keluar tanpa di perintahkan.

“Wae?? Kau tak suka oppa mu ini melamar Jina??” Ku lihat mata yang tadi berbinar kini memancarkan sinar kekecewaan dan kesedihan.

“Ah, ani. Aku hanya tak menyangka oppa ku yang begitu alim, yang suka pergi ke gereja, yang selalu membaca alkitab jika ada waktu luang, melamar seorang yoeja. Sungguh kemajuan yang hebat, oppa.” Cerocos ku. Hati ku berkecamuk, entah apa yang ku rasakan, aku semakin membenci yoeja yang bernama Jung Jina itu.

“Kau kira, oppa mu yang ganteng ini tak berani melamar yoeja, huh.” Gerutunya.

“Aniyo, jadi di mana kau melamar yoeja chingu mu itu??” Asal kalian tahu ya, hanya sekedar menyebut nama nya saja aku tak sudi.

“Emm, waktu di aku di Namsan Park.” Kata oppa ku bangga.

“Oh,” Jawab ku singkat. Tiba-tiba iPhone Siwon berbunyi.

“Eh, sebentar ya. Oppa tinggal dulu.” Seraya mengecup kening ku lalu dia pergi meninggalkan kamar ku.

Aku kesal. Aku benci. Aku muak. Apa yang harus ku lakukan?? Apa aku harus membatalkan pertunangan itu?? Tapi, itu tak akan pernah mungkin. Aku sayang oppa ku. Aku tak mau membuat nya bersedih. “Ah, eottokhe??” Aku meremas rambut ku karena frustasi.

Tiba-tiba oppa ku kembali ke kamar ku sesuai janji nya tadi.

“Jadi, kapan kau akan menikahi yoeja mu itu??” Aku berusaha setenang mungkin. Aku tak mungkin emosi dihadapannya kali ini.

“Ehm, molla. Mungkin satu bulan lagi.” Kata nya.

“MWO?? Ih, cepet banget sih kau nikah nya.” Kata ku dengan menampakkan wajah sedih ku.
“Tenang yoedoeseng oppa yang yeppo dan kyeopta, kau kan masih bisa ketemu oppa lagi. Kau boleh kok main ke rumah kami. Jadi tak usah bersedih donk.” Kata nya. Aku hanya tersenyum miris.

“Udah donk. Oh ya, nanti malam Jina dan keluarga nya mau membahas acara pernikahan dan makan malam di rumah kita. Nanti malam kau harus kelihatan cantik, arraseo.” Kata nya sambil mengacak rambut ku oenuh sayang dan aku hanya mengangguk.

“Udah ya, oppa tinggal dulu. Di bawah ada Leeteuk hyung dan Kyuhyun di bawah. Aku tak mau membuat mereka menunggu lama.” Kata nya seraya mengecup pipi ku.

“Aish, satu bulan lagi kata nya.” Aku benar-benar kehabisan akal. Otak ku sudah tak bisa berfungsi dengan normal. “YA!! Yoeja sialan, jadi sebentar lagi kau akan merebut semua perhatian milik oppa ku, huh?? Dasar yoeja yang tak tahu diri.” Runtuk ku dalam hati.

Aku sudah benar-benar tak bisa melakukan apa-apa. Jadi ku putuskan untuk keluar menemui Sungjin oppa untuk menghibur ku.

Ketika melewati ruang tamu. Ku dapati Leeteuk oppa dan Kyuhyun oppa serta Siwon oppa memandang ku.

“Anyeong Teukie oppa, anyeong Kyu oppa. Siwon oppa aku keluar sebentar ya.” Kata ku.

“Anyeong Jiwon-ah.” Sapa Kyu oppa dan Teukkie oppa serempak.

“Ne, hati-hati. Jangan pulang kemalaman. Kalau sampai pulang kemaleman awas ya kau Choi Jiwon.” Katanya dengan nada bercanda.

“Ne, oppa. Anyeong semuanya.” Aku pun mulai bergegas meninggalkan rumah ku yang mewah itu.

***

“Sungjin oppa.” Aku melihat siluet orang yang sangat ku kenal. Siapa lagi kalau bukan Sungjin oppa. Aku melambai. Dia pun balas melambai, tanda kalau dia melihat ku.

“Waeyo?? Kenapa meminta ku datang ke sini??” Ya, aku memang meminta nya datang di taman yang sering kami datangin.

“Aku mau cerita oppa.” Aku memang selalu curhat dan berkeluh kesah kepada nya. Sungjin oppa memang sudah ku anggap sebagai oppa ku sendiri. Dia pun juga sebaliknya, dia selalu cerita dan juga berkeluh kesah kepada ku. Kami memang saling melengkapi. Jika ada yang terluka, salah satu dari kami akan menopang untuk kembali seperti sedia kala. Ya, begitu lah kami.

“Cerita apa?? Kau ada masalah??” Dia bisa membaca pikiran ku hanya dengan menatap ke dua bola mata ku.

“Ne,” Aku mengangguk dan menunduk.

“Cerita kan saja. Aku pasti mendengar kan mu.” Dia mendekat. Aku pun mencerita kan semua yang terjadi pada ku hari ini. Dari awal sampai akhir. Menceritakannya dengan sangat runtut.

“Jadi, itu masalah mu??” Tanya nya. Aku hanya bisa mengangguk.

“Ne, oppa. Oppa eottokhe??” Tanya ku.

“Kau beneran tak menyukai Jina nuna??” Tanya nya dan hanya ku jawab dengan anggukan kecil.

“Ne, oppa, kau tahu kan dia sempat mengejek ku melakukan kecurangan saat aku sempat mendapatkan peringkat satu saat kita duduk di high school. Padahal kau tahu kan, waktu itu aku berusaha dengan keras.” Keluh ku. Dan Sungjin oppa hanya mengangguk setuju.

“Aku takut mambuat hati oppa ku bersedih. Aku sayang oppa ku.” Kata ku lirih ku.

“Mungkin jika kau membiarkan nya menikah dengan Jina nuna, kau tak kan bisa membuat nya bersedih.” Kata nya.

“Tapi aku tak merestui oppa. Sejak awal kan aku sudah bilang aku tak menyukai yoeja itu. Aku memang sudah tak suka dengan yoeja itu sejak kita high school dan semenjak dia mengatai ku dengan sesuka hatinya.” Kata ku panjang lebar.

“Aku juga tak tahu. Aku juga bingung dengan masalah yang mungkin bisa ku bilang rumit.” Keluh nya.

“Terus, aku harus merestuinya??” Ku lihat Sungjin oppa mengangguk dan aku hanya bisa berdecak sebal.

“Mungkin, suatu saat kau akan bisa merestui mereka. Coba saja. Aku yakin itu, Jiwon-ah.” Kata nya sambil menatap kedua bola mata ku lagi.

“Baiklah oppa. Aku mengerti. Antar kan aku pulang. Aku takut oppa ku akan marah jika aku pulang kemalaman.” Kata ku. Tanpa ku sadari aku menggandeng tangan nya.

“Baik, putri Choi.” Kata nya.

***

Dengan terseok-seok, ku turuni tangga pualam rumah ku. Semua orang-keluarga yoeja itu dan keluarga ku-sudah berkumpul di meja makan.

“Oh, Jiwon-ah.” Sapa eomma. Aku segera duduk di samping beliau.

“Kau sakit Jiwon-ah??” Kata Siwon oppa dengan penuh perhatian. Aku tak pernah bisa berpikir, mungkin setelah ini aku tak akan mendapat kan kasih sayang dan perhatian dari seorang kakak lagi.

“Ani oppa. Nan gwaenchanayo.” Jawab ku singkat sambil meneruskan makan ku. Aku tak yakin dengan kata meneruskan makan ku. Karena pada kenyataannya aku hanya mengaduk-aduk tak berselera makanan yang tersaji dihadapan ku.

Aku terus mendengar mereka berbicara tentang acara pernikahan oppa ku dengan yoeja yang sekarang duduk berseberangan dengan ku.

“Jiwon-ah, kenapa kau tak memakan makanan mu.” Aku kaget. Dia, yoeja yang akan segera menikah dengan oppa ku menegur ku.

“Ah ani, aku sedikit kenyang.” Jawab ku asal. Ku lihat tatapan aneh dari oppa ku dan juga semua orang di ruangan itu. Apa peduli ku.

“Ah mian. Bukan bermaksud mengatakan itu. Hanya saja aku sedang tak berselara makan.” Aku berusaha menetralkan suara ku agar tak terlihat aneh dihadapan mereka semua.

“Oh.” Jawab semuanya.

Setelah itu, aku kembali mengaduk-aduk makanan ku tak berselera.

“YA!! Jiwon-ah, kau ini kenapa??” Aku mendengar oppa ku sedikit membentak ku.

“Siwon-ah, kau perlu membentak adik mu seperti itu.” Tegur appa ku.

Aku menggebrak meja makan. Semua orang menatap ku heran.

“Aku akan kembali makan nanti. Aku tak mau makan sekarang.” Aku pun segera berlari menuju kamar ku.

BLLAAMM

Aku membanting pintu keras. Dan aku yakin suaranya bisa memenuhi rumah ini. Ku kunci kamar ku, berharap tak ada orang yang mengganggu ku. Aku memerosotkan tubuh ku di balik pintu. Menangis dan menenggelamkan kepala ku di lutut ku yang ku tekuk.

“Jiwon-ah, buka pintu nya, sayang.” Suara lembut eomma ku mengetuk pintu.

“Jiwon ada tugas yang harus segera dikerjakan eomma. Eomma makan saja dulu. Jiwon bisa makan nanti, eom.” Dusta ku sambil berusaha menetralkan suara ku yang sedikit serak akibat menangis.

“Jiwon-ah, kau menangisi di dalam sana?? Mian, oppa tak bermaksud membentak mu tadi.” Ku dengar Siwon oppa juga berada di depan pintu ku.

“Aniyo. Kalian makan dulu sana. Kasihan tamu kalian menunggu.” Kata ku.

“Jiwon-ah, ayo buka kamar mu dan makan, sayang.” Kali ini appa ku.

“Jiwon ada tugas. Jiwon tak apa-apa.” Kata ku. Ku dengar suara kaki mulai menghilang.

“Jiwon, kalau kau lapar kau turun dan makan, arrasoe.” Kata eomma ku lagi.

“Ne, eomma.” Kata ku. Aku kembali terisak. Ku ambil sebuah buku harian yang telah lama tak ku isi. Ku tuliskan semua perasaan ku di buku ini.

==================================================================
Aku tak rela jika oppa ku harus menikah dengan mu. Aku marah, aku sedih, aku muak. Apa yang harus ku lakukan?? Apa aku harus membatalkan pernikahan itu?? dasar Yoeja tak tahu malu. Aku semakin membenci mu. Kau senang tadi, oppa ku lebih memilih mu dari pada aku, adik nya sendiri. Kau puas, yoeja sialan.
==================================================================

Setelah ku tulis semua, aku menuju ranjang ku. Berusaha untuk tertidur dan melupakan semua masalah yang hari ini menimpa ku.

***

Aku mulai menggeliat. Aku terbangun dari tidur ku yang nyenyak.

“Jiwon, buka pintunya, sayang. Ayo sarapan. Tadi malam kau belum makan kan.” Eomma ku kembali mendatangi kamar ku.

“Ah, ne eomma. Tunggu aku di bawah.” Kata ku.

Aku berjalan gontai menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh muka ku. Setelah itu aku berjalan menuju ruang makan.

“Anyeong appa, anyeong eomma, anyeong oppa.” Kata ku.

“Kau kenapa?? Sakit??” Tanya appa yang sedikit cemas dengan kondisi ku.

“Ani, aku baik-baik aja. Kalian tak perlu khawatir.” Kata ku berusaha menyembunyikan pandangan ku dari oppa ku.

Kami sarapan dalam diam. Tak seperti sarapan-sarapan hari lalu. Sarapan yang selalu diisi dengan canda tawa dan obrolan hangat. Tak terasa air mata ku kembali turun.

“Uljimma, kenapa menangis.” Aku segera menghapus air mata ku setelah mendengar eomma mengucapkan kalimat itu.

“Aniyo eomma, aku hanya masih mengantuk.” Elak ku.

***

Hari terus berlalu. Kini pernikahan oppa ku akan segera di mulai. Rasa sesak menyelubung hati ku. Pikiran-pikiran aneh selalu berputar di otak ku, walaupun aku berusaha untuk menghalaunya.
“Sungjin oppa, kemarilah.” Aku mengajak Sungjin untuk mengobrol.

“Ne.” Kata nya.

“Aku tak ingin menghadiri pernikahan ini. Tolong sampaikan kepada oppa ku kalau aku sedang ada tugas mendadak di kampus. Aku tadi sudah bilang ke eomma dan appa.” Kata ku.

“MWOO. Kau tak mau menghadiri pernikahan oppa mu sendiri?? Omona, Jiwon-ah, kau tak boleh seperti ini. Mana Jiwon yang selalu ku kenal.” Aku hanya memandang dengan penuh pengharapan.

“Mian, tapi aku tak bisa. Aku saja tak merestui pernikahan ini. Kenapa aku harus datang?? Ayolah, oppa bantu aku.” Aku memohon kepada Sungjin oppa.

“Ne, karena aku sahabat mu, aku akan menyampaikannya. Tapi kalau semua sampai tahu, aku tak mau menanggungnya. Aku hanya menolong mu.” Kata nya tegas.

“Ne, gomawo. Jeongmal gomawo” Aku segera mencium pipinya tanda aku berterimakasih.

“Ne, hati-hati.” Kata nya memberi petuah.

Aku sudah kehabisan akal. Hanya cara ini yang bisa ku lakukan. Aku tak mau menangis di hadapan mereka semua, apalagi oppa ku sendiri. Mungkin kalian berpikir, sifat ku memang sangat childish, tapi aku sudah tak bisa memikirkan lagi cara yang terbaik. Otak ku buntu seketika. Ah sudah lah, hanya ini yang bisa ku lakukan. “Mianhae, oppa. Jeongmal mianhae.” Bisik ku sebelum aku benar-benar meninggalkan gereja tempat oppa ku mengucapkan janji sehidup-sematinya dengan yoeja itu.

***

Kaki ku membawa ku ke sini, sungai Han. Entah kenapa aku memikirkan untuk ke sini. Tapi yang jelas kaki ku lah yang telah membawa ku manuju sungai ini.

Ku hirup udara sekitar. Sejuk dan segar. Ku lupakan sejenak masalah ku. Tapi apa daya, aku kembali manangis. Aku mulai tersisak. Tak ku pedulikan tatapan orang-orang yang memandang ku heran.

Aku tahu apa yang mereka pikirkan. Kenapa putri pemilik Hyundai ada di sini?? Kenapa menangis di kerumunan orang banyak?? Apa yang terjadi dengannya?? Mungkin itu serentetan kata yang di pikirkan orang-orang yang berlalu lalang di hadapan ku dan mengenali ku
Berkali-kali ku hapus air mata yang terus membasahi pipi ku. Saat aku menghapus air mata ku, ada seseorang yang menepuk pundak ku.

“Kau, kenapa kau menangis??” Kata namja yang bersimpati kepada ku.

“Aniyo, aku hanya merasa sedih saja.” Kata ku.

“Kanalkan nama ku Bang Cheol Yong, tapi kau bisa memanggil ku Bang Mir atau Mir.” Katanya yang langsung mengajak ku berkenalan.

“Bang Mir, Mir MBLAQ?? apa yang kau lakukan dikerumunan orang banyak seperti ini??” Kata ku masih tak percaya.

“Ne, aku hanya ingin menghirup udara kota Seoul yang sejuk. Dan kau kenapa kau menangis di sini?? Dan bukan kah kau Choi Jiwon, adik Choi Siwon dan juga putri pemilik Hyundai??”

“Ne, aku sedang ada masalah.” Kata ku.

“Tak baik orang berlari meninggalkan masalahnya. Memangnya dengan meninggalkan semua masalah, semua masalah mu akan cepat selesai?? Enggak kan??” Katanya. Aku tertegun mendengarnya. Benar kata Mir oppa, aku tak mungkin menyelesaikan masalah ku dengan aku meninggalkannya.

“Tapi apa yang harus ku lakukan, oppa?? Masalah ku rumit, aku tak mau menyakiti orang terkasih ku tapi aku juga tak bisa menerimanya berdamping dengan orang terkasih ku” Aku mulai bertanya dengan nya.

“Kau harus menyelesaikannya, sebelum semuanya bertambah buruk. Kau mungkin saja merasa tenang sekarang. Tapi nanti masalah mu akan kembali datang. Choi Jiwon, hadapi masalah yang sedang menimpa mu sekarang. Aku yakin kau bisa menghadapinya.” Kata Mir oppa. Dan dia benar lagi, aku harus menyelesaikannya bukan malah membuatnya semakin tambah rumit.

“Asalkan kau tahu, setiap orang di muka bumi ini pasti memiliki masalah. Baik masalah personal maupun masalah yang menyangkut banyak orang. Dan aku yakin, Tuhan tak akan memberikan seorang hambanya masalah jika hamba-Nya tak bisa menyelesaikan. Maka dari itu selesaikan masalah mu jangan seperti ini berlari dari kenyataan dan menangisinya. Aku yakin kau pasti bisa memberikan solusi terbaik untuk mu dan orang terkasih mu itu” Kata nya dengan cengiran konyol khas milik nya.

“Baiklah, aku akan melakukannya. Aku akan mencoba mencari solusi dan menyelesaikan masalah ku.” Kata ku mantap yang diikuti senyum yang mengembang dari wajah Mir oppa.
“Oke, selesaikan sekarang.” Kata nya.

Setelah berterima kasih, aku kembali menuju gereja yang menjadi temat untuk mengucapkan sumpah oppa ku.

***

Terlambat, semuanya terlambat. Pengucapan janji suci itu telah selesai. “Dasar Jiwon pabo.” Runtuk ku pada diri ku sendiri. Gereja ini sudah sepi, tinggal beberapa petugas kebersihan gereja ini yang berlalu lalang di hadapan ku.

Aku mulai berpikir lagi, apakah mereka sudah kembali ke rumah, mengingat ini sudah senja dan matahari mulai menghilang di ufuk barat.

Aku langsung bergegas menuju rumah, tempat terakhir yang mungkin aku perkirakan mereka di sana.

***

Dan benar tebakan ku, mereka semua berada di rumah ku. Aku segera masuk untuk meminta maaf kepada mereka. Walaupun hati ku masih enggan untuk menerima yoeja itu sebagai kakak ipar ku.

“Jiwon-ah, dari mana saja kau??” Tanya appa ku dengan nada khawatir.

“Aku ada tugas mendadak hari ini appa, mian appa membuat mu khawatir.” Aku meringsek ke pelukan appa ku.

“Ne.” Kata appa ku sambil membelai rambut ku lembut.

“Mianhae oppa. Aku tak bisa menghadiri pernikahan kalian. Mianhae oppa, mianhae.” Kata ku.

“Ne, tak apa-apa. Aku senang kau kembali.” Kata nya tanpa melepaskan ku dari pelukan nya.

“M-Mian eonnie.” Aku mengucapkan dengan ketidakrelaan yang sangat mendelam.

“Ne. Eonni sudah memaafkan mu.” Aku hendak ditarik ke pelukan mu namun aku segera menghidarinya. Aku memang tak mau bersentuhan dengan nya. Jika kalian tanya lagi apa perasaan ku sekarang. Aku sangat sangat sangat sangat sangat membenci yoeja itu.

“Sebaiknya aku mandi dulu.” Itu yang ada di otak ku untuk segera berjauhan dari radius yoeja itu.

“Baiklah.” Kata oppa ku. Aku kembali menuju kamar ku. Aku menutup kamar dan menguncinya. Aku kembali terisak. Hati ku sakit.

Lihat lah, perhatian oppa ku berkurang. Lihat lah, dia tampak lebih bahagia dengan yoeja itu. Lihat lah, binar mata nya sangat berbeda. Lihat lah semuanya. Lihat semua perbedaan perilakunya terhadap ku. Aku hanya menghela nafas berat sambil terus menangis.

***

Makan malam. Makan malam pertama ku dengan nya setelah dia resmi menjadi istri dari seorang Choi Siwon. Dengan sangat sekali tak bersemangat, aku menuju ruang makan.

Aku melihatnya, aku melihatnya, aku melihat mereka sangat mesra. Mereka tertawa lepas. Oppa ku tertawa lepas dengan yoeja yang sekarang resmi menjadi istrinya. Aku sakit. Dada ku sesak. Mata ku memanas. Tapi ku tahan semuanya.

“Anyeong eomma, anyeong appa.” Tanpa menyapa oppa dan istrinya aku langsung duduk di kursi sebelah eomma ku seperti biasa.

“Kau tak menyepa oppa mu, huh??” Kata Siwon oppa dengan nada bercanda. Tak ku hiraukan. Aku mengambil makanan ku dan mulai menyantapnya tanpa berkomentar apa-apa lagi.

“Jiwon-ah, kau kenapa??” Tanya Siwon oppa mengetahui gelagat aneh pada diri ku. Who cares. Batin ku.

“Jangan ganggu aku selagi aku makan.” Kata ku singkat. Siwon oppa tampak tercengang mendengar jawaban ku.

“Kau kenapa?? Kau bukan Jiwon yang aku kenal dulu. Kau bukan Jiwon yang selalu ceria. Kau bukan Jiwon yang selalu tertawa lepas saat makan. Kau kenapa?? Akhir-akhir ini kau berubah. Cerita kepada oppa, oppa akan mendengar nya.” Kata nya panjang lebar.

“YA!! Choi Siwon bukan berarti setelah kau menikah kau seenaknya mengatur ku. Aku tahu mana yang terbaik buat diri ku sendiri. Jadi aku mohon, berhentilah bertindak seolah-olah kau peduli terhadap ku.” Kata ku tegas. Ku ucapkan semua yang menjadi unek-unek ku.

“Kau kenapa sebenarnya?? Kenapa kau tak memanggil ku oppa?? Kenapa kau memanggil ku dengan sebutan tadi??” Kata Siwon oppa.

“Aku juga tak tahu apa yang membuat ku seperti ini. Tapi aku mohon berhenti menanyai ku seperti tadi. Aku sudah cukup muak Choi Siwon dengan semua ini.” Kata ku lagi dengan lebih berapi-api.

“Jiwon-ah, kau kenapa??” Katanya tak percaya. Dan kali ini aku menggebrak meja ku. Aku berdiri, menuding oppa ku dengan tatapan ku dan memandang yeoja itu dengan tatapan benci ku.

“Sudah ku bilang Choi Siwon, berhenti menanyai ku. Aku sudah cukup muak dengan semua basa-basi mu yang seolah-olah kau peduli dengan ku. Cukup Choi Siwon.” Pertahanan ku jebol. Air bening itu mulai turun tanpa ku perintah.

“Uljimma. Oppa minta maaf jika oppa punya salah dengan mu.” Kata nya sambil berusaha mengahapus air mata yang turun dari mata ku. Tapi, ku tepis kasar tangan itu.

“Mianhae. Mungkin malam ini aku akan pergi untuk mencari udara segar. Karena ku rasa udara di rumah ini sudah sangat sangat sangat sangat tak bersahabat.” Ku cium pipi eomma dan appa ku yang masih terpaku karena tingkah ku tadi. “Eomma, appa, tak usah khawatir, Jiwon akan baik-baik saja.” Ujar ku.

Aku segera berlari keluar rumah. Ku telepon nomor yang sangat ku hafali, Lee Sungjin. Ku telepon sahabat ku tadi.

“Yeoboseyo, oppa.” Kata ku dengan masih terisak.

“Kau manangis?? Ada apa?? Gwaenchanayo??” Tanya nya dengan nada yang bisa ku artikan nada yang sangat khawatir.

“Oppa, aku membutuhkan diri mu. Ku tunggu kau di taman biasa. Satu jam dari sekarang kau tak datang, aku akan membenci mu.” Kata ku.

“Ne, tunggu aku.” Aku segera memutuskan sambungan telepon ku.

***

Setengah jam aku menunggu dengan menahan rasa dingin ku. Tiba-tiba ada orang yang memberi ku sebuah jaket.

“Pakai ini, nanti kau sakit Choi Jiwon.” Kata Sungjin oppa yang sudah berdiri sambil meyerahkan sebuah jaket kepada ku.

“Ne. Gomawo. Gomawo mau datang.” Kata ku.

“Kenapa??” Tanya nya dengan penuh perhatian.

“Aku bertengkar dengan mereka.” Kata ku. Aku yakin dia tahu siapa yang aku sebut mereka.

“Oh, lalu kau menjadi seperti ini. Kau manengis karena Siwon hyung??” Katanya dan aku hanya mengangguk.

“Sudahlah, kau tak usah terlarut seperti itu. Mana Jiwon yang selalu tersenyum. Mana Jiwon yang selalu memberi ku semangat.” Kata nya berusaha memberi ku semangat.

“Aku tak bisa oppa. Aku sedih, teramat sedih.” Kata ku.

“Untuk kali ini aku membiarkan mu menangis tapi untuk seterusnya simpan air mata mu untuk sebuah kebahagiaan. Jangan kau menangis karena sedih tapi menangsi lah karena kau bahagia.” Kata nya sambil memeluk ku “gunakan bahu ku untuk menangis. Menangis lah sampai puas di situ.” Lanjut nya.

Aku menangis. Benar-benar menangis di pelukan seorang Lee Sungjin. Aku menangis sampai aku terlelap dalam tidur ku yang nyenyak.

***

Aku terbangun. Merasa kan sebuah kehangatan. Ku lirik jam yang tergantung di dinding-dinding. Ya, baru menunjukkan pukul 06.30. Ku lihat sekeliling ku. Ini bukan kamar ku. Ini … Ini … Bukankah ini kamar Sungjin oppa dan mengapa aku bisa di sini??

“Kau sudah bangun. Kemarin kau tertidur dan aku langsung membawa mu ke sini. Mianhae.” Ada nada penyesalan di dalam nya. Aku hanya mengangguk.

“Gwaenchana. Lagian aku juga senang kok, kemarin tak pulang ke rumah. Di rumah hanya membuat ku semakin sedih, semakin frustasi, semakin depresi, oppa.” Kata ku.

“Sudahlah, ayo turun. Hyung, sudah menunggu mu sarapan.” Kata nya.

“Hyung siapa maksud mu??”

“Ya hyung ku lah, siapa lagi??” Kata nya sambil terkekeh pelan.

“Oh, aku kira itu oppa ku.” Kata ku. Ia hanya tersenyum kecil.

***

Hari telah ku lalui dengan santai di rumah keluarga Lee. Aku sangat bersyukur dan sangat berterima kasih kepada mereka. Mereka mau menampung ku untuk semantara. Aku sangat bahagia di sini.

Awalnya aku merasa sangat takut jika aku ketahuan kabur ke sini. Tapi mereka tahu alasan ku dan merahasiakannya dari keluarga ku. Hanya eomma dan appa ku yang tahu keberadaan ku sekarang. Dan mereka juga bisa memakluminya.

Hanya Siwon oppa dan istrinya yang tidak tahu karena aku tak sudi memberitahu mereka. Asal kalian tahu saja, aku sangat marah dan kecewa dengan kakak ku sendiri.

Entah setan apa yang merasuki ku. Aku berniat untuk pulang. Aku kangen rumah ku. Aku kangen masakan eomma ku. Aku kangen, kangen semua yang pernah terjadi di rumah itu.

“Oppa, Sungjin oppa ke mana??” Tanya ku ke Sungmin oppa yang masih berada di rumah.

“Oh, tadi Sungjin pergi. Kata nya dia mau ke kampus. Kenapa??” Tanya nya.

“Oh, aniyo. Tolong kataka kepadanya, aku pulang ke rumah ku.” Kata ku.

“Syukurlah. Oke, ku sampaikan pesan mu tadi.” Kata nya sambil mengeluarkan senyum khas nya yang sangat imut.

“Gomawo oppa. Gomawo untuk tumpangannya. Maaf telah merepotkan keluarga mu. Gomawo, jeongmal gomawoyo.” Kata ku sembari memeluk Sungmin oppa.

“Ah, ne. Aku juga senang kok kau tinggal di rumah ini. Aku jadi ada teman jika aku sedang free.” Kata nya dan lagi-lagi dia tersenyum.

“Aku pergi dulu ya, oppa. Sungmin oppa anyeong.” Kata ku sambil membungkuk 90 derajat.

“Ne, anyeong Jiwon-ah.” Kata nya.

***

Ku pandangi gerbang yang selama berhari-hari tak pernah ku lewati. Aku sedikit terharu. Aku benar-benar merindukan semua yang berada di balik gerbang ini.

“Anyeong.” Kata ku ketika aku menginjakkan kaki ku di teras rumah.

“Jiwon-ah, kau pulang. Neomu bogoshippo Jiwon-ah.” Aku mendengar seseorang memanggil ku. Yah dia, yoeja itu. Kenapa aku di sambut oleh nya. Benar-benar di luar dugaan.

“Huh, dasar tak punya malu.” Cibir ku.

“Jiwon-ah, kita sangat merindukan mu. Mianhae, mianhae telah membuat mu merasa tak nyaman di rumah mu sendiri. Mianhae, jeongmal mianhae.” Kata nya.

“Kita?? Cih~~ jangan sok baik di depan ku. Paling-paling yang merindukan ku hanya eomma dan appa. Dan sayang, aku tak merindukan mu. Aku hanya merindukan eomma dan appa ku saja, sayang ya CHOI JINA-SSHI.” Ku tekan kan pengucapan ku pada kata Choi Jina.

“Kau pasti capek, lebih baik kau istirahat dulu.” Kata nya yang sok baik kepada ku.

“YA!! Ku peringatkan ya Choi Jina-sshi, jangan sok baik kepada ku. Lagian asal kau tahu saja aku sangat sangat tidak merestui hubungan mu dengan oppa ku. Aku membenci mu.” Kata ku. Aku rasa jarum itu sudah tertancap dengan sempurna di hati nya.

“Apa salah ku, Jiwon-ah. Kenapa kau melakukan itu kepada ku??” Tanya nya. Aku pun tak menghiraukan ucapan nya dan aku langsung masuk ke kamar ku.

Suasana kamar yang sangat ku rindukan. Omona, semua nya masih tertata dengan sangat baik di tempat nya. Ah, ku baringkan badan ku di kasur ku yang empuk. Sungguh lebih baik waktu ini ku gunakan untuk tidur.

***

“Jiwon-ah, aku pulang sayang.” Kata eomma ku.

“Ne, Jiwon kangen masakan eomma. Jiwon kangen suasana rumah. Jiwon kangen semua nya, eoma, appa.” Kata ku sambari memeluk ke dua orang tua ku yang sangat ku rindu.

“Omana, anak appa sekarang tambah chubby. Makan apa saja kau di rumah keluarga Lee. Kau tak banyak merepotkan kan??” Canda appa ku.

“Aniyo, aku tak banyak merepotkan keluarga Lee.” Kata ku. Gelak tawa membahana seisi kamar ku. Dan aku sedikit lega bisa bertemu dengan mereka, kedua orang tua ku.

“Jiwon-ah. Neomu bogoshippo” Kata seorang namja dari ambang pintu ku.

“Hi Choi Siwon-sshi.” Kata ku mantap lengkap dengan nada kesinisan.

“Mianhae, mianhae, aku harap kau bisa memaafkan ku.” Kata nya.

“ME-MA-AF-KAN YA. Kalimat itu mudah di ucapkan Siwon-sshi. Tapi .., Ah sudah lah aku tak mau membahas nya sekarang. Mungkin memori bagian itu sudah ku buang ke tempat sampah.” Kata ku pedas.

“Sudah-sudah, Siwon-ah mungkin adikmu masih butuh waktu. Jangan kau paksa, atau dia tak akan pernah memaafkan mu lagi.” Lerai eomma ku.

“Nah, dengerin tu Choi Siwon-sshi dan Choi Jina-sshi. Aku butuh waktu. Yah untuk berpikir juga untuk memaafkan kalian.” Kata ku sinis.

“Tapi oppa harap kau bisa memaafkan kami, Jiwon-ah. Mianhae Jiwon. Mianhae.” Oppa dan istri nya langsung bergegas meninggal kan kamar ku.

“Sudah sayang. Kalau kau masih butuh waktu, appa yakin mereka mau menunggu mu. Appa yakin. Tapi, appa mohon maafkan oppa mu, Jiwon.” Kata appa ku.

“Ne appa, aku akan berusaha sebisa ku memaafkannya.” Kata ku. Aku memeluk mereka lagi. Eomma dan appa keluar dari kamar ku. Aku termenung. Memikirkan kata-kata yang dilontarkan appa ku. Ah tak usah diambil pusing.

***

Waktu makan malam tiba.

“Jadi kau selama ini tinggal di rumah Sungmin hyung??” Kata Siwon oppa.

“Ya mungkin gitu.” Jawab ku tanpa berniat sedikit pun memangdang ke arah orang yang aku ajak berbicara.

“Jiwon-ah, besok appa dan eomma akan pergi ke Busan selama beberapa hari. Jadi eomma pesan, jangan macem-macem lagi. Arraseo.” Kata eomma ku.

“Ne eomma, arra.” Kata ku patuh.

“Siwon-ah jaga istri dan juga adik mu. Jangan buat Jiwon pergi lagi atau pun buat Jiwon sedih lagi.” Kata appa ku.

“Ne appa.” Siwon oppa mengengguk.

“Besok, eomma dan appa akan berangkat pagi-pagi sekali. Jadi jangan heran ketika kalian bangun eomma dan appa sudah berada di perjalanan.” Kata eomma ku.

“Ne eomma.” Kata ku.

***

Aku terbangun dari tidur nyenyak ku. Aku segera menuju ke lantai satu untuk melihat-lihat.

“Jiwon-ah, sudah bangun??” Kata Siwon oppa.

“Kalau aku belum bangun, mana bisa aku jalan, Siwon-sshi.ย Kau mau bilang kalau aku ini sleepwalker, huh.” Jawab ku kesal.

“Chagi, kau mau sarapan apa??” Teriak istri Siwon dari dapur.

“Tuh urusin istri mu.” Kata ku asal.

Siwon oppa menarik tangan ku dan aku jatuh ke pelukannya. Aku memberontak tapi tenaga Siwon oppa lebih kuat dari pada tenaga ku. “YA!! Lepaskan aku, Siwon-sshi.” Kata ku sambil terus memukul-mukul dada bidang nya.

“Aku merindukan adik kecil ku, Jiwon-ah. Aku rindu semua yang ada di dirimu. Kembali lah, Jiwon-ah.” Pinta nya.

“YAKK!! Sekarang aku sudah bukan adik kecil mu lagi, Siwon-sshi. Dan untuk berubah, aku masih butuh wkatu, kau tahu.” Jawab ku ketus.

“Kembali lah menjadi Jiwon ku yang dulu.” Kata nya berharap.

“Cih, kau bilang apa tadi, kau meminta ku untuk kembali menjadi yang dulu setelah hal-hal sulit yang aku hadapi belakangan ini, Choi Siwon??” Hardik ku.

“Siwon oppa, sarapan nya sudah siap.” Perlahan Siwon oppa melepaskan pelukannya terhadap ku.

“Ne.” Kata nya.

“Seperti ini, kau meminta ku berubah, Choi Siwon. Harus nya kalimat itu ku tujukan pada mu. Asal kau tahu saja aku tak pernah merestui hubungan mu dengan yoeja itu.” Aku menunjuk istri Siwon oppa yang masih berdiri di hadapan ku.

“MWO!! kau tak pernah merestui kita, Jiwon-ah.” Kata Siwon kaget.

“Ne, aku tak pernah merestui kalian. Aku masih bisa terima jika kau bersanding dengan Tiffany eonnie, Sooyoung eonnie, YonnA eonni. Dan ini, oh my god, tak bisa di deskripsikan lagi.” Hardik ku.

Mungkin kesabaran Siwon oppa mulai habis. Tangan nya ke atas siap menampar ku. “Kau mau menampar ku Choi Siwon-sshi?? Ayo tampar, aku siap menerima tamparan dari seorang Choi Siwon.” Kata ku enteng. Perlahan Siwon menurunkan tangan nya.

“Kau tak berani, huh?? Dasar pengecut.” Ejek ku.

“Jiwon-ah, mianhae. Bukan bermaksud untuk menyakiti mu.” Kata nya.

“Hai … Hai … Choi Siwon. Setelah kau menikah dengan yoeja ini, kau berubah. Apa yang ada di pikiran mu sekarang, huh” Kata ku langsung ceplas-ceplos “kau tak lagi memikirkan adik mu. Kau egois Siwon-sshi.” Lanjut ku.

“Aku egois??” Tanya nya.

“Ya kau egois. Emang nya kau pernah bertanya perasaan ku sebelum kau menikah dengan. Pernahkah itu, oppa.” Untuk pertama kalinya aku memanggil nya oppa setelah kejadian itu-pernikahan itu “Kau hanya mementingkan diri mu sendiri. Kau hanya mementingkan perasaan mu saja. Kau tak pernah menanyakan perasaan ku yang sebenar nya.” Kata ku. Perlahan namun pasti air mata ku jatuh. Ku lihat dia-Jina eonnie-juga mulai menjatuhkan air mata nya.

“Mianhae. Aku memang tak pernah menanyakan nya kepada mu. Mianhae, Jiwon-ah. Mianhae, yeodoengseng.” Kata nya.

“Kau hanya bisa berkata mianhae, mianhae, dan mianhae. Kau pikir luka di hati ku sudah sembuh, huh.” Aku histeris. Tangisan ku mulai mengeras. Tiba-tiba ada orang yang memeluk ku.

“Asal kau tahu ya, dia, yoeja itu, dengan sekenaknya pernah menjatuhkan harga diri ku. Dia mengejek ku melakukan kecurangan saat aku meraih peringkat pertama. Aku berusaha keras, wkatu itu.” Kata ku mengungkapkan yang sebenarnya dipelukan Sungjin oppa.

“Ssstt, sudahlah, masih ada yang perhatian kepada mu. Masih ada orang yang sayang terhadap mu. Jangan pernah membuang air mata mu secara percuma untuk hal seperti ini.” Kata Sungjin oppa.

“Mianhae, Jiwon-ah, aku tak bermaksud waktu itu. Dan lebih baik aku saja yang pergi!” Kata yoeja itu sambil menangis.

“Andwae, kau tak boleh bergi, Jina-ya. Kau harus tetap tinggal di sini.” Siwon oppa menggenggam erat tangan yoeja itu.

Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepala ku. Mungkin ini ide yang gila, sangat sangat gila. Aku saja tak tahu apakah ide ini yang terbaik atau bukan.

“Choi Siwon-sshi, kalau begitu aku akan memberi mu pilihan.” Aku menghela nafas sejenak “Kau, kau memilih aku sebagai adik mu atau kau memilih dia sebagai istri mu…” Belum selesai aku bicara Siwon oppa menyerobot.

“Mana bisa begitu, kalian yang terpenting di hati ku, juga di hidup …” Kata nya.

“YA!! Shut up, aku belum selesai. Jika kau memilih aku sebagai adik mu, ceraikan istri mu itu. Jika kau memilih dia sebagai istri mu, aku berjanji aku tak akan pernah mengganggu hidup kalian. Aku berjanji itu.” Hening. Tak ada jawaban dari Siwon oppa.

“…”

“Oke, aku artikan itu kau memilih istri mu bukan memilih aku. Mianhae, aku harus pergi. Aku tak akan mengganggu kalian lagi seperti janji yang ku ucap tadi.” Kata ku. Sedih, kecewa, frustasi telah menjadi satu di hati ku.

Aku mencoba berlari ketika tangan seseorang menggapai tangan ku. Aku yakin itu bukan tangan Siwon oppa melainkan tangan Sungjin oppa. Dan benar saja dia menarik ku sekarang.

“Jangan pergi.” Kata nya dengan wajah sendu miliknya.

“Percaya pada ku oppa, setelah aku merasa tenang aku akan menemui mu. Tapi ijinkan aku untuk menenangkan semua nya.” Kata ku memohon.

“Baik, aku percaya pada mu.” Sungjin oppa memeluk ku sangat erat dan mencium kening ku cukup lama.

***

Aku berjalan tak tentu arah. Semua kejadian itu mengiang di kepala ku dengan cepat. Tangisan ku tak mau berhenti dan sekarang makin menjadi-jadi.

Aku hendak menuju ke sebuah tempat yang sudah sangat lama tak aku kunjungi, Insandong. Entah kenapa aku ingin sekali ke sana. Ya di sana, di sana merupakan kenangan paling berharga untuk ku.

Aku hendak menyebrang ketika sebuah mobil menghempaskan tubuh ku. Aku terlontar. Sekelebat bayangan orang-orang terkasih ku muncul. Air mata ku ini tak hentinya mengalir. Aku tergeletak tak berdaya di pinggir jalan. Pandangan ku buram dan lama-lama menghitam.

***

Author POV

Jiwon tertabrak mobil. Tubuh nya terpental cukup jauh. Ia sempat sadar dan mengerjapkan kedua mata nya satu dua kali dan kemudian pingsan. Darah bercucuran. Warga setempat yang melihat kejadian itu langsung melarikan Jiwon ke rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit, tim dokter rumah sakit lanngsung membawa Jiwon ke ruang operasi mengingat luka di tubuh Jiwon sangat banyak.

Di satu sisi, Siwon dan Jina sangat gusar. Entah kenapa mereka mondar-mandir semenjak Jiwon pergi dari rumah apalagi semenjak sepuluh menit terakhir-lebih tepatnya semenjak Jiwon kecelakaan.

“Chagi, aku merasakan hal aneh.” Kata Siwon.

“Ne, aku juga. Seperti ada yang tidak beres.” Kata Jina. Tiba-tiba saja, iPhone Siwon berbunyi. Dengan segera Siwon mengangkat nya.

Ternyata telepon itu dari eomma nya yang mengabarkan Jiwon kecelakaan. Memang benar, eomma nya eomma Siwon mengetahui dahulu karena orang yang membawa Jiwon ke rumah sakit segera memencet dial number terakhir yang dipanggil Jiwon.

Setelah mendengar kabar tersebut-kecelakaan Jiwon-Siwon dan juga Jina segera menuju rumah sakit di mana Jiwon dirawat sekarang.

***

Setalah mendapat ruang mana Jiwon sekarang dirawat, Siwon juga Jina menuju ruang tersebut.
Sesampainya Siwon didepan kamar Jina-tepatnya ruang operasi-Siwon segera menghampiri eomma nya yang kini tengah menangis.
“Eom, bagaimana keadaan Jiwon??” TanyaSiwon dengan khawatir.

“Eomma juga masih belum tahu kondisi nya. Kita berdoa saja supaya kondisi nya membaik.” Eomma Siwon membesarkan hati beliau sendiri juga hati anak nya.

“Saya percaya, Jiwon pasti bisa melawatinya. Jiwon orang yang kuat.” Jina juga berusaha membesarkan hati orang-orang yang amat ia cintai.

Dokter keluar dengan raut wajah yang sangat tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
“Bagaimana kondisi putri saya, dok.” Kata appa Siwon dengan khawatir.

“Sayang Jiwon kehilangan banyak sekali darah. Dan setok golongan darah A habis.” Kata dokter.

“Mungkin darah saya cocok. Silahkan ambil darah saya.” Jina menawarkan darah nya untuk diambil.

“Tapi…” Siwan tak setuju dengan hal itu. “Aku bisa oppa, aku tak apa.” Kata Jina dengan mantap.

“Baiklah, mari ikut suster itu untuk mengecek kondisi anda dan juga kondisi darah anda.” Setelah mendengar penjelasan dari sang dokter, Jina segera mengikuti arah suster.

***

“Baiklah, darah anda bisa di donorkan. Silahkan anda berbaring kasur itu.” Kata suster dengan sabar nya.

“Ne,” Jina hanya manurut dengan perkataan suster. Jina berbaring di kasur itu.

Suster itu mempersiapkan dan mengambil alat yang digunakan. Jujur saja saat ini Jina benar-benar takut dan tegeng. Maklumalah ini kali pertama untuk nya, untuk mendonorkan darah.

“Baiklah, anda siap.” Kata suster itu dan JIna hanya mengangguk antara pasrah, takut dan lain-lain. Semua perasaan bercampur menjadi satu di diri Jina.

***

Setelah dikira cukup, proses mendonorkan darah pun selesai. Jina sekarang merasa pusing dan sangat lemah. Suster yang tadi sempat meninggalkan nya sekarang kembali dengan membawa satu nampan berisi berbagai makanan-empat sehat lima sempurna-untuk mengembalikan kondisi tubuh Jina yang sekarang sangat lemah.

“Nona, ini saya bawakan makanan dan juga susu. Jangan lupa diminum. Saya harap setelah meminum dan memakan ini, kondisi anda semakin membaik.” Kata suster itu dengan sabar.

“Ne, gamsahamnida.” Jina hanya tersenyum.

“Baiklah saya tinggal dulu sebentar.” Suster itu langsung meninggalkan Jina dalam kesunyian. Tak berapa lama setelah itu, Siwon masuk ke ruangan Jina.

“Chagi, gwaenchana??” Siwon bertanya dengan penuh kesabaran.

“Nan gwaechanayo oppa.” Kata Jina lemah, “Oppa, bagaimana keadaan Jiwon?? Dia udah baikan kan??” Lanjut Jina.

“Di saat seperti ini kau malah bertanya tentang keadaan orang lain. ck” Dengus Siwon.

“Walau bagaimana pun juga, Jiwon itu adik ipar ku oppa. Aku juga berhak tahu atas kondisinya sekarang.” Ujar Jina.

“Jiwon sudah lebih baikan. Operasinya berjalan lancar. Sekarang dia sudah dipindahkan ke ruang inap biasa. Tinggal tunggu Jiwon siuman saja.” Siwon menghela nafas panjang “Kau memang baik Jina-ya. Walaupun adik ku bersikap kasar terhadap mu, kau masih mau menyumbangkan darah mu, Jina-ya. Tak salah aku memilih mu menjadi kan istri mu dan aku harap setelah ini, sikap Jiwon kepada mu bisa sedikit berubah.” Siwon mengelus lembut rambut Jina.

“Dan, oppa aku juga salah ke Jiwon, aku sempat membuat harga dirinya jatuh, waktu di high school. Jadi aku pantas mendapatkan ini, oppa. Dan semoga saja Jiwon cepat siuman, oppa.” Kata Jina lemah, “Oppa, bolehkah aku menemui Jiwon. Aku masih sangat khawatir dengan kondisinya sebelum aku melihat sendiri kondisinya.” Lanjut Jina.

“Beristirahatlah dulu. Tunggu kondisi mu lebih baik.” Kata Siwon bijak.

“Aniyo, aku ingin melihat kondisi nya oppa.” Jina masih ngotot.

“Baiklah kalau kau memang memaksa.” Siwon pun mengijinkan Jina untuk menjenguk Jiwon.

***

Dengan sedikit ragu Jina memasuki kamar inap Jiwon. Di lihatnya seorang gadis yang sangat tenang dan kalem tidur dengan tenang dengan luka memar dan juga perban yang menyebar seluruh tubuh nya. Hatinya sedikit miris melihat adik ipar nya yang selama ini tak bisa menerima nya.

“Jina-ya, ayo masuk.” Eomma pun menyadari kehadiran Jina yang sekarng berdiri persisi di ambang pintu.

“Ne, eomma.” Jina melangkah memasuki kamar inap Jiwon.

“Kondisinya sudah mulai stabil. Kau tak perlu cemas.” Seperti bisa menebak guratan kecemasan di wajah Jina, eomma Siwon pun menceritakan. Jina hanya bisa mengangguk sambil mengeluarkan senyum indah nya.

“Eomma tinggal dulu ya. Eomma akan pulang mengambil pakaian untuk Jiwon.” Kata eomma Siwon. Beliau segera keluar kamar inap Jiwon.

Tinggallah Jina berdua dengan Jiwon. Di tengah kesunyian yang merayapi kamar Jiwon, Siwon masuk dengan perlahan.

“Berkat mu Jiwon sudah mulai stabil.” Kata Siwon.

“Aniyo, ini bukan berkat ku oppa. Ini berkat keinginan Jiwon sendiri.” Kata Jina.

“Gomawo, kau mau menolong Jiwon. Maafin Jiwon ya, Chagi.” Siwon memeluk mesra tubuh Jina.

“Aku sudah memaafkan nya oppa. Aku juga salah oppa.” Jina mencium salah satu pipi Siwon.

Siwan hanya menanggapi nya dengan senyum yang mengembang di pipi nya.

“AWW.” Tiba-tiba suara Jiwon membuyarkan semuanya. Matanya berusaha menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya dan mulai mengambil fokus dengan kondisi sekitar.

“Aku panggil dokter ya, chagi.” Siwon segera memencet tombol yang ada di atar ranjang Jiwon. Tak butuh waktu lama, tim dokter tiba di ruang Jiwon. Dokter langsung memeriksa kondisi Jiwon.

“Adik anda siuman lebih cepat dari diagnosa.” Dokter pun menjabat kedua tangan Siwon.

“Gamsahamnida.” Kata Siwon.

“Baiklah, saya keluar dulu. Kalau ada apa-apa bisa langsung memanggil saya.” Dokter itu langsung bergegas menuju luar kamar Jiwon.

“Aku di mana??” Suara lemah Jiwon berkata.

“Kau di rumah sakit, sayang.” Siwon menjawab dengan berbagai rasa-senang, haru-semua menjadi satu di hatinya sekarang. Siwon duduk di ranjang Jiwon sambil memeluknya senang.

“Apa yang terjadi dengan ku??” Kata Jiwon.

“Kau kecelakaan, Jiwon-ah.” Kali ini Jina menjawab.

Sekelebat kejadian meluncur cepat dari dalam kepalanya. Dari mulai pertengkarang hebat nya tadi pagi, kabur nya dirinya dari rumah sampai ia terpelanting karena tertabrak mobil terekam jelas di kepalanya.

“Mi-an-hae.” Kata-kata itu meluncur dari mulut Jiwon bersamaan dengan tangisannya yang mulai meledak.

“Buat??” Siwon bertanya kepada Jiwon.

“Sifat Jiwon yang sangat kekanak-kanakan. Harusnya Jiwon bisa merestui hubungan oppa dengan Jina eonnie.” Jina agak tercengat mendengar Jiwon menyebut nama nya lengkap dengan panggilan oennie.

“Mianhae eonnie.” Kini Jiwon memeluk Jina dengan lembut.

“Aku sudah memaafkan mu. Kau tak perlu minta maaf seperti itu. Aku juga minta maaf Jiwon-ah, eonnie pernah membuat harga diri mu turun.” Jina mengelus rambut Jiwon lembut. Siwon hanya memandang mereka berdua dengan haru dan senang. Bukan hanya itu, kedua orang tuanya juga sekarang memandang dengan penuh keharuan dan kebahagian dari ambang pintu.

***

-Jiwon POV-

Aku merasakan kebahagian ku kembali. Setelah kejadian itu, tepat nya setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa ku, aku sadar. Aku tak bisa menghalangi cinta suci dan cinta tulus mereka berdua. Aku harus bisa menerima Jina sebagai kakak ipar ku.

“Mianhae.” Kata itu keluar lagi dari mulut ku.

“Berhenti, menyebut kata-kata itu.” Aku melepas pelukan ku dengan Jina eonnie. Ku edarkan pandangan ku mencari sumber suara itu. Ternyata appa dan eomma ku berdiri di ambang pintu tersebut.

“Kau tak salah, Jiwon-ah. Kau hanya butuh waktu untuk menerima Jina sebagai kakak ipar mu. Dan sekarang kau sudah bisa menerimanya.” Eomma ku mengelus kepala ku lembut.
“Gomawo.” Kata ku.

***

Aku lebih bisa menerima Jina eonni sebagai kakak ipar ku. Sekarang aku mulai memanggil nya dengan sebutan Jina eonnie. Tak lagi menyebutnya dengan kata-kata pedas yang dulu sering ku ucapkan. Mungkin sikap ku sangat kekanak-kanakan dan mulai saat itu aku berniat merubah sikap ku.

“Jiwon-ah, Sungjin mencari mu.” Seru Siwon oppa yang membuyarkan lamuanan ku.
“Ne??” Tanya ku.

“Sungjin mencari mu.” Ulang Siwon oppa. Aku pun teringat janji ku kepada Sungjin hari ini di taman biasa.

“Ne, oppa aku pergi dulu ya.” Kata ku. Sungmin oppa yang kebetulan disitu menyenggol tubuh Siwon oppa sambil membisikkan kalimat yang asih bisa ku dengar. Mungkin ‘sebentar lagi kita akan besanan, Siwon-ah’ yah mungkin itu yang diucapkan Sungmin oppa. Aku hanya melolot mendengar nya. Apa maksud kalimat itu. Ah, molla.

“Eonnie, aku pergi dulu ya.” Kata ku.

“Ne, hati-hati.” Pesan Jina eonnie.

***

Aku berlari menuju tempat Sungjin oppa menunggu ku.

“Oppa, Sungjin oppa.” Teriak ku sambil mengatur nafas ku.

“Kau ini, selalu saja terlambat. Aku hampir kering menunggu mu di sini tahu.” Sungjin oppa menggembung kan pipinya yang membuat ku gemas. Refleks aku langsung mencubit wajah nya.

“Waeyo?? Kenapa mengajak ku ketemuan di sini??” Tanya ku langsung to the point.

“Oh, aku mau menyampaikan sesuatu kepada mu.” Kata nya serius.

“Menyampaikan apa??” Tanya ku penasaran.

“Tapi janji kau tak marah ya.” Kata Sungjin oppa.

“Waeyo, ayo ngomong, atau aku beneran marah sekarang.” Kata ku pura-pura ngambek.

“Sebenarnya aku sudah ingin menyampaikan nya sejak lama. Aku menyimpan semua perasaan ku dan hari ini aku baru berani mengungkapkannya. Choi Jiwon..” Sungjin beralih dari yang semula duduk di samping ku sekarang berlutut sambil memegang kedua tangan ku sambil salah satu tangannya mengambil kotak yang barada di kanting celananya “maukah kau menjadi yoeja ku, menjadi ibu dari anak-anak ku?? Would you marry me??” Tanya nya yang sontak membuat seluruh anggota tubuh ku berhenti melakukan aktifitas nya. Jantung ku berpacu dua kali lebih cepat dari normal nya. Nafas ku tersengal dan terasa sesak. Pikiran ku melayang saat pertama kali aku dan Sungjin oppa bertemu, saat perhatian nya kepada ku. Saat aku menyimpan semua perasaan yang sama dengan nya.

Aku sempat berpikir, cinta ku hanya akan bertepuk sebelah tangan dan sempat akan menghapusnya. Tapi nyatanya, semua dugaan ku salah. Sekarang, seorang Lee Sungjin menyatakan cinta nya kepada ku.

“Bagaimana?? Kau mau menerima ku tidak??” Tanya nya yang berhasil membuat aku kembali dari alam bawah sadar ku.

“Ehm, saranghae Lee Sungjin.” Aku memeluk tubuh nya. Ku rasakan hembusan nafas nya menyentuh kulit leher ku. Dia merenggangkan pelukan ku dan memasangkan cincin yang ada di kotak biru beludru miliknya tadi.

“Nado, Choi Jiwon.” Kali ini dia melonggarkan pelukan kami dan secara perlahan wajahnya mendekat ke wajah ku. Ku rasakan deruan nafas nya di wajah nya. Ku pejamkan mata ku, menanti kejadian selanjut nya. Dan.. CHU~~ dia mencium ku lembut tepat di bibir ku. Aku hanya bisa membalas ciuman itu.

“Gomawo.” Kata nya setelah melepas ciuman itu.

“Ne.” Kata ku dan dapat ku pastikan rona merah di wajah ku tak dapat ku tahan lagi.

***

Hidup ku bertambah setelah Sungjin oppa menjadi belahan jiwa ku. Tak dapat ku pungkiri, mungkin aku adalah wanita yang paling beruntung di dunia. Mempunyai kakak seorang artis yang tak di ragukan lagi kemampuannya. Dan juga mempunyai seorang tambatan hati yang selalu ada di samping ku.

Oh God, Thanks.

***

Selesai juga nih ff. Buat teman-teman ku moga kalian suka. Sorry, cuma bisa buat kayak gini. Tapi, moga kalian suka. Gomawo yang udah mau baca ff abal dan gaje.

3 thoughts on “FF : Mianhae, Oppa!!”

Leave a reply to Bebek Maho! (@faridaisyah) Cancel reply